Sabtu, 10 Desember 2011

Seputar El Classico 2011

LA Liga akhirnya akan menggelar 'partai puncak paruh pertama' musim ini. Dua klub dengan pendapatan terbanyak di dunia, Real Madrid dan Barcelona, untuk kali ke-163 akan saling bunuh untuk menentukan takhta penguasa Liga Spanyol setidaknya hingga mereka bertemu lagi di El Clasico berikutnya.

Dalam pertemuan terakhir di ibu kota, kedua tim harus puas berbagi angka lewat titik putih. Hasil itu tentu bukan yang diinginkan Jose Mourinho mengingat dalam pertemuan sebelumnya di Nou Camp, timnya dibantai tuan rumah 0-5 dan dikritik habis-habisan dengan cap 'tim overrated'.

Kali ini, banyak pihak memprediksi skenario jalannya laga tidak akan banyak berubah. El Barca dengan predikat raja penguasaan bola bakal mengincar mendominasi jalannya laga, sementara 'si Putih' akan bermain menunggu dengan mempersiapkan serangan balik supercepat.

Pelatih Ajax yang sekaligus mantan punggawa Barca Frank de Boer mengatakan hal itulah yang harus diwaspadai eks timnya. Jika sang tamu terlena ketika menguasai bola, Madrid bisa mencuri dan berlari cepat ke jantung pertahanan sebelum disadari pemain lawan.

"Madrid justru lebih berbahaya ketika tidak sedang menguasai bola karena mereka memiliki banyak pemain yang bisa membalikkan keadaan dengan cepat. Mereka membiarkan Anda menguasai bola lalu mencurinya dan memanfaatkan kelengahan," ujar de Boer.

Ucapan punggawa timnas Belanda era 1990-an itu sudah dibuktikan Getafe ketika mempermalukan sang juara bertahan 0-1, tiga pekan lalu. Hasil mengejutkan itu juga sekaligus menegaskan Barcelona yang dielu-elukan sebagai tim terbaik dunia bukannya tak bisa dikalahkan.

Terlebih, Madrid akan merumput dengan jabatan pemuncak klasemen sementara dengan 37 angka, berbeda tiga poin dari Los Blaugrana plus keunggulan satu pertandingan yang belum dimainkan. Tak pelak, mereka menginginkan hasil sempurna kali ini demi sedikit bernapas lega di jalur perebutan juara musim ini.

"Sangat besar pengaruhnya bagi kami di klasemen akhir nanti jika bisa mengalahkan Madrid dalam El Clasico besok," ujar gelandang Barca Xavi Hernandez.

Evolusi strategi

Jika bicara soal pengalaman, Pep Guardiola memang lebih unggul jika dibandingkan dengan Mourinho karena telah menjalani 11 El Clasico sejak 2008 dan memenangi 7 di antaranya. The Special One yang baru tiba di Madrid pada 2010 memenangi 1 partai El Clasico, 3 kali imbang, dan 3 kali kalah.

Namun, El Clasico bukan hanya soal statistik di atas kertas. Penampilan impresif lini depan Los Merengues yang sudah mengoleksi 49 gol dari 14 laga tidak berarti apa-apa jika masih belum mematahkan mitos bahwa mereka selalu tampil buruk ketika head-to-head dengan sang rival abadi yang kini mengantongi predikat tim dengan pertahanan terbaik yang hanya kebobolan tujuh gol dari 15 partai.

Ada banyak aspek yang berhubungan dengan El Clasico. Belakangan ini, faktor taktik menjadi hal yang lebih penting ketimbang psikologis pemain, terutama setelah musim lalu El Clasico sampai memainkan tujuh episode dengan aktor yang itu-itu saja.

"Jika menganalisis pertandingan kami kontra Barcelona dalam empat bulan terakhir, ada keseimbangan di tim kami," ujar Mou.

Kata-katanya dibuktikan dengan penampilan anak-anak asuhnya di lapangan. Karim Benzema dan kawan-kawan dihancurkan 0-5 pada 29 November 2010, tetapi nyaris mengimbangi penguasaan bola Barca ketika kalah tipis 2-3 di Nou Camp dalam pertemuan kedua Piala Super Spanyol, 17 Agustus 2011.

Kali ini, Mou sangat mungkin juga akan menurunkan kerangka yang sama, yaitu pola 4-2-3-1 dengan tekanan tinggi di lini belakang dan mengandalkan kecepatan individu dalam membangun serangan. Dengan kata lain, Mou bakal fokus di lini tengah untuk meredam pergerakan gelandang Barca yang selalu menjadi pusat aliran bola ke lini depan.

Dengan tipe-tipe gelandang destroyer seperti Sami Khedira dan Xabi Alonso, Mesut Oezil mungkin dipilih Mou untuk menyeimbangkan emosi Los Blancos dengan tipe permainan tenang yang dimilikinya. Di ujung, Victor Valdes harus fokus menghadapi gempuran Angel di Maria-Cristiano Ronaldo plus Karim Benzema.

Sementara itu, tim tamu tampaknya lebih nyaman bekerja dengan sistem 4-3-3 dan segala bentuk perubahannya seperti 3-5-2 atau 3-4-3. Secara keseluruhan, Pep Guardiola tampaknya tak akan berjudi dengan menurunkan pemain yang kurang pengalaman dengan skema itu.

Di depan, Lionel Messi akan dipasang di puncak trisula dengan dukungan David Villa dan Cesc Fabregas atau Alexis Sanchez. Di tengah, pangkat jenderal tetap ada pada pundak Xavi Hernandez dengan bantuan Andres Iniesta dan Sergio Busquets.

Messi dan Ronaldo

Melihat 22 pemain bintang berjibaku di El Clasico merupakan pemandangan biasa. Namun, selalu ada aura persaingan tersendiri antara Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo yang mengudara dalam setiap pertemuan kedua tim, terutama soal pencapaian pribadi bernama trofi El Pichichi (pencetak gol terbanyak).

Lima hari lalu, keduanya baru saja berada dalam daftar yang sama sebagai kandidat pemain terbaik dunia demi trofi Ballon d'Or versi FIFA. Namun, jauh sebelumnya, rivalitas Messi-Ronaldo sudah terjadi sejak detik pertama CR7 berkostum Real Madrid, 1 Juli 2009.

Tahun lalu, trofi El Pichichi memang lebih memilih Ronaldo yang mengoleksi 40 gol di semua kompetisi di Spanyol. El Messiah menebusnya dengan menggenggam Ballon d'Or. Tahun ini, perebutan titel individu sebagai striker tersubur La Liga musim ini berlanjut dengan keduanya telah sama-sama menjaringkan 17 bola ke gawang lawan.

Di pentas El Clasico sendiri, Messi lebih unggul ketimbang kompetitornya tersebut. Ia sudah mencetak 13 gol dalam 15 pertemuan dengan Madrid, sementara anak Portugal itu baru membobol tiga kali gawang Valdes dalam 9 penampilannya di battle of titans tersebut.

Di antaranya, Messi pernah mencetak gol indah ke gawang Iker Casillas ketika kedua tim bertemu di semifinal Liga Champion musim lalu. Ronaldo juga tak akan lupa ketika gol bocah Argentina itu 2 menit jelang usai membuat torehannya di menit 82 sia-sia dalam pertemuan kedua Piala Super Spanyol.

Secara pribadi, Messi menolak untuk dibanding-bandingkan dengan Ronaldo. Ia menilai, 17 gol yang sudah dibukukannya tak terlepas dari bantuan rekan-rekan setimnya sehingga satu-satunya hal yang akan dilakukannya ialah menjaga kepercayaan ketika menjadi ujung tombak tim.

Messi pun sudah memperingatkan rekan-rekannya bahwa laga ini merupakan penentuan kelanjutan nasib mereka di La Liga. Menderita kekalahan kedua bisa berarti sinyal bahaya bagi mahkota juara yang sudah berada di lemari mereka selama lima tahun berturut-turut.

"Meraih kemenangan sangatlah penting. Jika tidak, kami harus memaksa diri untuk selalu fit, terlebih kami masih harus berlaga di Piala Dunia Antarklub dan mereka (Real Madrid) tidak," ujar Messi. (Berbagai Sumber/R-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar